Inflasi Provinsi Sumatera Selatan Kembali Mencatatkan Deflasi Didukung Panen Raya Hortikultura dan Penyesuaian Tarif BBM Non Subsidi
Sriwijayaterkini.co.id — Indeks Harga Konsumen (IHK) Provinsi Sumatera Selatan (Sumsel) pada bulan September 2024 mengalami deflasi sebesar 0,12% (mtm), tidak sedalam dibandingkan bulan Agustus 2024 yang mengalami deflasi sebesar 0,19% (mtm). Secaratahunan, realisasi inflasi Sumsel tercatat menurunmenjadi sebesar 1,40% (yoy) dari bulan sebelumnya(1,80%; yoy). Perkembangan tersebut juga sejalandengan inflasi nasional yang menurun menjadi sebesar1,84% (yoy) dibandingkan bulan sebelumnya (2,12%; yoy).
5 (lima) komoditas utama penyumbang deflasipada bulan ini adalah cabai merah, cabai rawit, tomat, telur ayam ras, tomat, dan bensin dengan andil pada masing-masing komoditas adalah sebesar -0,19%, -0,07%, -0,04%, -0,03%, -0,03% secara berturut-turut (BPS, 2024). Penurunan harga aneka cabai disebabkan melimpahnya pasokan sejalan dengan panen cabai raya oleh petani lokal dan luar Sumsel yang didukung oleh program championship Kementan untuk mendorong produktivitas. Kemudian, penurunan harga telur ayam ras masih terus berlanjut sejalan dengan penurunan harga jagung dan Day Old Chick (DOC) sebagai input utama. Sementara itu, penurunan harga tomat disebabkan oleh melimpahnya pasokan di tingkat petani dan karakteristik tomat yang rentan membusuk. Selanjutnya, harga bensin menurun sejalan dengan penurunan tarif BBM non subsidi (Pertamax, Pertamax Turbo, Pertamina Dex, dan Dexlite).
Inflasi Provinsi Sumatera Selatan yang terkendali tidak terlepas dari upaya dan peran aktifTim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) ProvinsiSumsel dalam mengendalikan inflasi melalui strategi 4K, yaitu Ketersediaan Pasokan, Keterjangkauan Harga, Kelancaran Distribusi, dan Komunikasi yang Efektif. TPID Provinsi Sumatera Selatan secara aktifmelaksanakan monitoring dan sidak pasar di berbagaidaerah di Sumatera Selatan untuk memastikanketersediaan pasokan di Sumatera Selatan.Keterjangkauan harga dan kelancaran distribusikomoditas dilakukan dengan mensinergikan dan mengkoordinasikan berbagai instansi dalam subsidiharga, subsidi angkutan, maupun subsidi operasionallain dalam rangka pelaksanaan pasar murah. Selain itu, pengendalian inflasi juga didukung dengan komunikasiyang efektif melalui rapat koordinasi rutin TPID se-Sumatera Selatan, publikasi kegiatan pasar murah bersama, dan berbagai kegiatan komunikasi lainnya.
Upaya 4K yang dilakukan TPID Provinsi Sumseldalam menjaga stabilitas juga sejalan dengan upayauntuk terus mendukung pertumbuhan ekonomi yangberkelanjutan. Ekonomi Sumatera Selatan pada tahun2024 diprakirakan berada pada kisaran 4,7-5,5% (yoy). Faktor pendorong pertumbuhan ekonomi bersumberdari aktivitas Pemilu dan Pilkada, berlangsungnyapenyelesaian PSN dan proyek swasta lain, serta cuacayang relatif lebih stabil sehingga dapat mendorongproduktivitas sektor pertanian dan perkebunan. Hal inijuga turut tercermin dari hasil Survei Konsumen Bank Indonesia pada bulan September 2024 yangmengindikasikan keyakinan konsumen berada dalam zona optimis. Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) pada September 2024 tercatat sebesar 118,61 (indeks > 100). Masyarakat masih optimis bahwa kondisi perekonomian pada 6 bulan ke depan akan tetap kuat.
Sebagai langkah lanjutan untuk memastikan terus berlanjutnya penurunan ekspektasi inflasi ke depan, Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia pada 17-18 September 2024 memutuskan untuk menurunkan BI-Rate sebesar 25 bps menjadi 6,00%. Keputusan ini konsisten dengan tetaprendahnya prakiraan inflasi pada tahun 2024 dan 2025 yang terkendali dalam sasaran 2,5±1%, penguatan dan stabilitas nilai tukar Rupiah, dan perlunya upaya untukmemperkuat pertumbuhan ekonomi. Ke depan, Bank Indonesia terus mencermati ruang penurunan sukubunga kebijakan sesuai dengan prakiraan inflasi yang tetap rendah, nilai tukar Rupiah yang stabil dan cenderung menguat, serta pertumbuhan ekonomi yang perlu terus didorong agar lebih tinggi. Kebijakanmakroprudensial dan sistem pembayaran juga terusdiarahkan untuk mendukung pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan. Bank Indonesia akan terus memperkuat bauran kebijakan moneter, makroprudensial, dan sistem pembayaran untuk menjaga stabilitas dan mendukung pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan.