Palembang, Tekan Inflasi Jelang Idul Adha dan Libur Sekolah, BI Sumsel Gelar HLM bersama TPID
Palembang, Sriwijayaterkini.co.id — Dalam rangka mengantisipasi inflasi menjelang Hari Besar Keagamaan Nasional (HKBN) Idul Adha 1445 H dan Libur Sekolah, Bank Indonesia Perwakilan Sumsel menggelar High Level Meeting (HLM) bersama para Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) kabupaten/kota se Sumsel di Ballroom Hotel Wyndham OPI, Rabu (12/6/2024).
Kegiatan dibuka oleh PJ Gubernur Sumsel A Fatoni. Hadir langsung Sekda Sumsel Ir. SA Supriono, Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sumsel Ricky P Gozali, para kepala daerah dan TPID se Sumatera Selatan.
Pada kesempatan tersebut, Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sumatera Selatan Ricky P Gozali mengatakan bahwa kegiatan HLM ini bertujuan untuk memonitor dan mengantisipasi pergerakan harga-harga sejumlah komoditas, terutama dalam rangka menjelang Idul Adha 1445 dan libur sekolah.
Dikatakannya, saat ini inflasi di Sumsel pada Mei 2024 berada di angka 2,98 persen diatas nasional yaitu 2,84 persen. Dan ini perlu diapresiasi karena inflasi Sumsel merupakan terendah kedua se Sumatera. Dan dilevel provinsi, ada tiga yang terjadi inflasi yakni Palembang Lubuklinggau dan OKI serta satu terjadi deflasi yaitu Muara Enim.
“HLM ini akan membahas berbagai pergerakan sejumlah komoditas yang berdasarkan data cenderung menjadi penyumbang inflasi, kemudian resiko yang akan terjadi hingga rekomendasi yang akan dilakukan untuk untuk menekan angka inflasi,” ujarnya.
Lebih lanjut dikatakan Ricky bahwa sejak IdulFitri 1445 H lalu, komoditas emas perhiasan, gula pasir hingga bawang merah menjadi pendorong kenaikan inflasi. Secara histori, berdasarkan data inflasi bulanan di Sumsel masih aman dan terkendali sejak 2021-2023. Namun demikian, yang menjadi perhatian berdasarkan tahun-tahun sebelumnya bahwa mendekati akhir tahun, biasanya inflasi merangkak naik sehingga perlu menjadi perhatian. Dan dari sisi resiko jika tahun lalu ada ancaman iklim Elnino atau musim kemarau namun ditahun ini akan ada ancaman iklim Lanina atau musim hujan.
“Dari beberapa data yang ada tersebut maka ada beberapa rekomendasi dalam upaya pengendalian inflasi yang kami sebut dengan 4 K yaitu ketersediaan pasokan seperti terus menggalakkan Gerakan Sumsel Mandiri Pangan, kelancaran distribusi yaitu dengan memastikan kelancaran lalu lintas logistik bahan pokok penting termasuk diantaranya melakukan implementasi KAD antar-provinsi, keterjangkauan harga yaitu dengan pemantauan harga secara rutin di pasar serta pelaksanaan operasi pasar murah dan komunikasi efektif dengan menyampaikan informasi ketersediaan stok komoditas pokok dan himbauan belanja bijak kepada masyarakat,” jelasnya.
Sementara itu, PJ Gubernur Sumsel A Fatoni mengucapkan terima kasih kepada Bank Indonesia dan seluruh TPID kabupaten/kota yang telah berjuang sehingga inflasi Sumsel tetap stabil dan terjaga. Apalagi, inflasi Sumsel terendah kedua se Sumatera. Namun demikian berdasarkan laporan dari Bank Indonesia bahwa ada beberapa resiko yang akan dihadapi Sumsel, sehingga diharapkan seluruh kepala daerah dan TPID di Sumsel perlu melakukan langkah dan antisipasi.
Pihaknya juga menghimbau kepada kepada daerah dan TPID untuk mengoptimalkan ketersediaan pangan melalui Gerakan Sumsel Mandiri Pangan (GSMP) baik di rumah tangga, sekolah maupun kantor kantor.
“Perlu kami sampaikan bahwa ada kabupaten di Sumsel yang hingga saat ini belum melaporkan kegiatan gerakan menanam dan di daerah tersebut juga terjadi kenaikan harga. Dan kami berharap ini menjadi perhatian,” tegasnya.
Pihaknya juga meminta di sektor pendidikan agar tidak ada pungutan-pungutan di sekolah yang ini juga mampu mendorong terjadinya inflasi. Dan tak kalah penting adalah tentang ancaman cuaca yang tidak menentu agar ini menjadi kewaspadaan daerah yang tak hanya berdampak pada lingkungan tapi juga inflasi.