Charma Afrianto: Putus Mata Rantai Korupsi Mulai Dari Diri Kita, Jangan Berfikir Instan
Palembang | Sriwijayaterkini.co.id – Korupsi dipandang sebagai kejahatan luar biasa yang memerlukan upaya luar biasa pula untuk memberantasnya. Di Indonesia, korupsi kerap kali dilakukan oleh para pejabat publik hingga anggota dewan.
Dalam sejarah Indonesia, korupsi mulai terjadi sejak zaman kerajaan. Bahkan VOC bangkrut pada awal abad ke 20 akibat korupsi yang merajalela di tubuhnya.
Di era modern saat ini korupsi kerap kali terjadi, bukan hanya dari kalangan pemangku jabatan saja bahkan terjadi di semua kalangan. Peran pemuda sangat diharapkan untuk memutus mata rantai mental- mental korupsi.
Hal tersebut diungkapkan Ketua DPP Gencar Indonesia, Charma Afrianto, SE saat menghadiri acara Focus Group Discussion bertepatan pada hari Sumpah Pemuda di Cafe La Biaza Jalan Sumpah Pemuda Palembang, Sabtu (29/10/2022).
“Yang harus diubah adalah cara pandang terhadap nilai- nilai korupsi. Hal ini harus dimulai dari diri sendiri, tidak usah memaksakan lingkungan. Yang pertama adalah bagaimana caranya membunuh cara pandang instan, karena segala sesuatu yang instan itu adalah benih dari tumbuhnya nilai- nilai korupsi. Kalu berani menjalani semua proses dengan jujur, kita akan bisa menghargai diri kita dengan baik. Bahkan sebaliknya, jika kita tidak bisa mengupgrade diri kita dengan baik maka kita akan melakukan korupsi mental yaitu melakukan sesuatu dengan instan. Cara instan inilah yang harus kita putuskan mata rantainya,” ungkap Charma saat diwawancarai usai acara tersebut.
Kemudian, lanjut Charma, para kaum milenial /mahasiswa harus peka terhadap lingkungan. Tidak bisa serta merta mengatakan sesuatu hal apapun dengan korupsi, tetapi tidak bisa mengkritik, tidak bisa melakukan perlawanan.
“Kita harus berani mengkritik dan melakukan perlawanan. Tidak boleh ragu jika mengetahui ada unsur- unsur yang mengandung korupsi. Misalkan dari Dosen, Dinas- dinas yang melakukan korupsi. Harus berani menyampaikan, disitulah peran pemuda,” tegas Charma.
Bertepatan di hari Sumpah Pemuda, lanjut Charma, diskusi yang digelar hari ini bertujuan mengubah cara pandang pemuda menuju hal- hal produktif dan konstruktif.
“Saat ini masih banyak pemuda yang berfikiran instan. Mulai saat ini untuk semuanya khususnya pemuda tidak boleh lagi berfikir secara instan, semuanya harus menjalani proses. Korupsi sudah berlangsung sejak dulu, tidak bisa dihentikan begitu saja. Mulai dari pribadi kita dulu, baru kita bisa membarui lingkungan. Yang paling penting kita harus berani mengkritisi, jika tidak maka korupsi akan tumbuh subur dan akan terus terjadi. Selain pemuda, diharapkan kepada semua pihak dan masyarakat untuk bersama- sama mengkritisi. Saya berharap kepada pemuda harus punya cara pandang positif, produktif dan konstruktif. Tidak lagi berfikir instan hari ini,” pungkas Charma.
(AN)