Kapal Nelayan Tenggelam di Perairan Sumsel, Dua ABK Belum Ditemukan
SUNGSANG – BANYUASIN | SriwijayaTerkini.co.id – Kapal Nelayan (Pompong) milik Bana (Nahkoda) meledak. Dua Anak Buah Kapal (ABK) Miden dan Raden dilaporkan hilang di perairan Laut Kilau Palu, Sumsel, Sabtu (14/10/2023). Kedua ABK itu diduga tenggelam setelah ledakan gas LPG pada kapal yang mereka ikuti.
Juleha (30) salah satu isteri dari korban sebagaimana dilansir kabarsumatera.com menjelaskan, peristiwa itu terjadi pada Sabtu malam (14/10/2023) pukul 23.00 WIB.
Malam itu, kapal yang dinakhodai Bana juga mengikutsertakan Miden dan Raden. Pada saat mereka sedang mencari ikan, menurut warga Lorong Pedade Rt.004/001 Desa Marga Sungsang Kecamatan Banyuasin II Kabupaten Banyuasin Sumatera Selatan, ini secara tiba-tiba tabung gas LPG di kapal itu meledak.
“Melihat kejadian itu, Bana kemudian melompat ke air,” ujar Juleha mengutip cerita Bana, yang selamat dari musibah itu, Selasa, (17/10/2023).
Atas kejadian ini, Tim penyelamat kemudian melakukan koordinasi dengan Unsur SAR gabungan, terdiri Pospol Airud Sungsang, Basarnas, TNI AL, Pemerintah Kabupaten (Pemkab) setempat, dan unsur masyarakat nelayan lainnya.
Namun, sampai hari ketiga, upaya pencarian dua ABK, Raden dan Miden, saat ini belum di ketemukan. Sedangkan Bana, yang menjadi nakhoda kapal yang terkena musibah itu, berhasil diselamatkan oleh kapal nelayan yang kebetulan melintas, Minggu, (15/10/2023)
Menurut Leman (28), salah satu saksi kejadian di lokasi mengatakan, saat kapal yang dinaikinya sedang melintas, Leman tiba-tiba mendengar teriakan orang minta tolong. “Akhirnya kami menghampiri dan membantu saudara Bana ini naik ke (Pompong) kapal nelayan kami,” terangnya.
Kapospol Airud Polda Sumsel Pos Sungsang, Bripka S.J.Hutabarat saat di konfirmasi membenarkan kejadian tersebut. Bahkan Tim Airud Polda sudah dua hari melakukan pencarian, “Kita berharap di hari ketiga pencarian ini dapat membuahkan hasil,” jelasnya.
Terhadap peristiwa ini, Hutabarat mengatakan, hal penting dalam penyelamatan ini adalah kemanusiaan. “Oleh sebab itu, kami imbau kepada masyarakat nelayan, untuk selalu membiasakan hidup yang mengutamakan keselamatan, baik secara pribadi maupun berkelompok,” tuturnya.
TEKS / FOTO : KS/HAMKAH | EDITOR : IMRON SUPRIYADI