PKS Sumsel, Apresiasi IWO : Wujudkan Wartawan Berakhlak dan Beradab
PALEMBANG | Sriwijayaterkini.co.id – Dewan Pimpinan Wilayah (DPW) Partai Keadilan Sejahtera (PKS) Sumsel, mengapresiasi Ikatan Wartawan Online (IWO) Sumsel, yang ingin mewujudkan perilaku wartawan berakhlaq dan beradab. Hal itu dikatakan Muhammad Toha, Ketua DPW PKS Sumsel, saat menerima Pengurus IWO Sumsel, di ruang pertemuan DPW PKS Sumsel, Kamis, (17 Agustus 2023).
Diawal perbincangannya dengan jajaran DPW PKS Sumsel, Ketua IWO Sumsel, Efran menjelaskan tentang pentingnya akhlaq dan adab bagi setiap diri wartawan dalam menjalankan profesinya. Sebab, menurut Efran, wartawan sebagai aktor intelektual akan berhadapan dengan narasumber di berbagai kelas sosial.
“Profesi kami ini, berhadapan dengan berbagai kelas, jadi bagi kami akhlaq dan adab, menjadi hal penting untuk menjadi landasan dasar kami menjalankan tugas kewartawanan,” ujarnya.
Namun demikian, Efran juga mengakui, untuk mewujdukan perilaku wartawan yang demikian bukan hal mudah. Oleh sebab itu, Efran mengajak DPW PKS Sumsel untuk ikut bersinergi menciptakan iklim kehidupan pers, khususnya di Sumsel menjadi pers yang berakhlaq dan beradab.
Hal itu disampaikan Efran, karena untuk mengusung tagline “berakhlaq da beradab” IWO Sumsel tidak bisa melakukannya sendiri, melainkan dibutuhkan keterlibatan semua pihak, agar semua stakeholder, baik instansi pemerintah, swasta juga partai politik ikut serta mendorong terwujudnya wartawan dan pers yang berakhlaq dan beradab.
Menurut Efran, adab bagi wartawan, bisa diperoleh dari proses pendidikan intelektual di internal media atau melalui pelatihan yang diikuti seorang wartawan. “Atau bisa juga didapatkan melalui pengetahuan secara personal (autodidag) lewat membaca undang-undang pers, kode etik jurnallistik, atau dari akademik,” ujarnya.
Namun, proses pembelajaran yang sudah diperoleh, menurut Efran bukan jaminan bagi wartawan untuk kemudian tidak melanggar. Sebab, ibarat seseorang yang sudah memiliki Surat Izin Mengemudi (SIM), juga tidak ada jaminan orang tersebut tidak melanggar rambu-rambu lalu-lintas.
“Wartawan juga seperti itu. Bisa saja yang bersangkutan sudah lulus uji komptensi wartawan, resmi punya sertifkat, tetapi faktanya, masih juga ada saja wartawan yang melanggar rambu-rambu, dan kode etik. Melalui IWO, kami sedang kita maksimalkan, agar apa yang kami cita-citakan terwujud,” tegasnya.
Sementara, akhlaq menurut Efran akan lahir dari proses pencarian jati diri seseorang yang diiringi dari pergaulan di sekitar wartawan tersebut. Artinya, jika setiap wartawan membuka diri dan berusaha bergaul dengan orang baik, terutama dari sisi kesadaran beragama-nya, lambat laun akhlak wartawan itu akan terbentuk secara perlahan.
Sebab, menurut Efran, akhlak ini erat kaitannya dengan pesan nilai agama yang melekat dalam diri seorang waratwan, terutama keyakinan dalam hatinya, sehingga profesi yang dijalani benar-benar sebagai takdir, bukan hanya sekadar nemu, kejebur tidak sengaja, atau kebetulan atau karena wangsit dan lainnya.
“Alhamdulillah, Pak. Saya ini ditakdirkan Allah jadi wartawan, yang Insya Allah saya dan kawan-kawan di IWO Sumsel, sedang terus berupaya keras bagaimana menjadi wartawan yang berakhlaq dan beradap. Jadi kami juga terus belajar, terutama dari kawan-kawan, para ustadz, dari para kiai, termasuk para ustadz di PKS ini,” ujarnya.
Menanggapi hal itu, Muhammad Toha, Ketua DPW PKS Sumsel mengatakan, proses mengabarkan sebagaimana wartawan saat ini, bisa menilik dari perjalanan Nabi Muhammad SAW, yang dalam praktiknya berdakwah pernah mengirim surat kepada para raja-raja dan para penguasa ketika itu.
Toha juga mengisahkan Nabi Sulaiman yang berkirim surat melalui Burung hud-hud. Menurut Toha, dalam Al-quran Suroh An-Naml ayat 30-31, ada seruan yang disampaikan Nabi Sulaiman kepada Ratu Saba.
Pada kisah itu diceritakan, setelah Ratu Saba mendapatkan surat dari Nabi Sulaiman yang dibawa Burung Hud-Hud, berisi seruan Nabi Sulaiman agar Ratu Saba tidak sombong dan agar menjadi seorang muslim.
“Melalui cara itulah, awal permulaan Nabi Muhammad SAW maupun Nabi Sulaiman menyebarkan kebaikan atau cara berdakwah kepada setiap umat. Kalau saat ini, tugas untuk menyebarkan kebaikan itu salah satunya diamanatkan kepada para wartawan,” ujar Toha.
Oleh sebab itu, Toha sangat setuju bila IWO Sumsel mengusung semboyan “berakhlaq dan beradab” bagi setiap wartawan. Sebab, akhlaq menurut Toha merupakan hal utama untuk menata diri dan hati setiap kita.
“Kalau kita kutip hadits, innama buits-tu li-utammimaa -makaa-rimal akhlaq. “Dan sesungguhnya aku diutus ke muka bumi ini, kata Rasul untuk menyempurnakan akhlaq. Jadi keinginan IWO untuk menjadikan akhlaq yang terdepan dalam diri wartawan, sangat relevan dengan kami di PKS yang juga mengutamakan akhlaq bagi para kader,” ujarnya.
Guna mewujudkan kader yang berakhlaq, menurut Toha, setiap kader harus menjalankan perintah sholat. “Bukan hanya yang lima waktu, atau yang wajib-wajib saja, tetapi juga harus membiasakan tahajud, dan sholat sunah lainnya, juga mengaji. Dari cara ini, insya Allah jiwa para kader di PKS ini akan terdidik akhlaqnya, lahir dan batin,” ujarnya.
Tentang rencana kerjasama dalam pemberitaan, Toha sangat membuka ruang bagi IWO Sumsel untuk membangun bersama peradaban pers di Sumsel yang berakhlqdan beradap. Satu diantaranya melalui kerjasama pelatihan bagi kader PKS Sumsel dalam menulis berita yang berstandar wartawan profesional.
Menurut Toha, hal ini sesuai dengan program di PKS yang juga memiliki mata agenda “melek media” baik terhadap media online dan juga medsos.
“Kita ada juga program melek media, yang berfungsi merespon perkembangan informasi, uga medsos yang saat ini sedang terus berkembang. Alhamdulillah, kader-kader kita sudah mulai mengelolanya, semoga ke depan dapat kita maksimalkan lagi melalui pelatihan khusus tentang kewartawanan,” tambahnya.**
TEKS : RELEASE IWO SUMSEL