Nobel Sastra untuk Penulis Norwegia Jon Fosse
JAKARTA | SriwijayaTerkini.co.id – Nobel Sastra 2023 diberikan kepada penulis novel dan drama asal Norwegia, Jon Fosse. Penghargaan itu diberikan kepada Fosse atas drama dan prosa inovatifnya yang menyuarakan hal-hal yang tidak dapat diungkapkan. Pengumuman pemenang Nobel Sastra tahun ini disampaikan di Stockholm, Swedia, Kamis (5/10/2023), dan disiarkan secara daring.
Pria kelahiran Haugesund, Norwegia, pada 64 tahun lalu itu menjadi penulis Norwegia keempat yang menerima penghargaan sastra dari Akademi Swedia tersebut. Tiga penulis sebelumnya adalah Bjørnstjerne Bjørnson pada 1903, Knut Hamsun pada 1920, dan Sigrid Undset pada 1928.
Artinya, sudah lebih dari sembilan dekade penghargaan Nobel Sastra tidak “mampir” ke Norwegia. Atas penghargaan ini, Fosse berhak atas hadiah uang 11 juta krona Swedia atau sekitar Rp 15,6 miliar.
Dalam sejumlah karyanya, Fosse menggabungkan ikatan lokal yang kuat, baik linguistik maupun geografis. “Fosse memadukan akar bahasa dan latar Norwegia dengan teknik artistik modernis,” ujar Ketua Komite Nobel, Anders Olsson, saat mengumumkan penghargaan itu.
Olsson mengatakan, Fosse merupakan penulis yang luar biasa dalam banyak hal. Tulisannya sangat menyentuh sehingga membuat orang yang mulai membaca karyanya tertarik untuk membaca karya-karyanya yang lain.
“Yang istimewa menurut saya adalah unsur kedekatan (dalam tulisan) yang melekatkan pada perasaan pembaca. Hal ini membuat pembaca seperti sedang berada di sana,” katanya.
Dalam keterangan yang disiarkan Akademi Swedia disebutkan, novel debut Fosse berjudul “Raudt, Svart” (1983) yang mengangkat tema bunuh diri menentukan arah untuk karya selanjutnya. Novel keduanya “Stengd Gitar” (1985) menyajikan variasi momen-momen yang mengerikan.
Fosse merupakan penulis yang luar biasa dalam banyak hal. Tulisannya sangat menyentuh sehingga membuat orang yang mulai membaca karyanya tertarik untuk membaca karya-karyanya yang lain.
Seorang ibu muda diceritakan meninggalkan apartemennya untuk membuang sampah ke saluran pembuangan. Ia mengunci dirinya di luar, tetapi bayinya masih di dalam. Dia tidak pergi mencari bantuan karena tidak bisa meninggalkan anaknya.
Fosse menyajikan situasi sehari-hari yang langsung dapat dikenali dari kehidupan nyata. Seperti buku pertamanya, novel ini dikupas secara mendalam ke dalam gaya yang kemudian dikenal sebagai Fosse minimalisme. Pada saat yang sama, ada rasa gentar dan ambivalensi yang kuat.
“Hal ini kemudian ditampilkan dalam karya dramatisnya, di mana ia mampu memanfaatkan jeda dan interupsi untuk mengekspresikan ketidakpastian ini dan terlebih lagi mengisinya dengan emosi. Dalam lakonnya, kita dihadapkan pada kata-kata atau tindakan yang terkesan tidak lengkap, kurangnya resolusi yang terus menyibukkan pikiran kita,” tulis keterangan tersebut.
Terobosan Fosse di Eropa sebagai seorang dramawan datang dari produksi dramanya di Paris pada 1999 berjudul “Nokon kjem til å komme” (Seseorang Akan Datang). Ia mengungkapkan emosi manusia yang paling kuat berupa kecemasan dan ketidakberdayaan dalam istilah sehari-hari yang paling sederhana.
Karya lainnya berjudul “Dødsvariasjonar” (Variasi Kematian) tidak kalah menyayat hati. Drama satu babak ini menceritakan seorang gadis yang bunuh diri dengan alur mundur dari saat kematiannya.
Lokusi terputus-putus disampaikan enam karakter tanpa nama dari generasi berbeda, baik yang masih hidup maupun yang sudah mati. Tulisan ini diakhiri dengan ucapan mengharukan sang putri yang mengungkapkan ketidakpastian mendasar mengenai apakah keputusannya untuk bunuh diri adalah keputusan yang benar.
Contoh penting dari prosa awal Fosse adalah “Morgon og kveld” (Pagi dan Sore Hari). Tulisan ini mungkin merupakan karyanya yang paling penuh harapan.
Dalam karyanya berjudul “Sterk Vind” (2021), yang disebut sebagai puisi dramatis, semakin menjelaskan penggunaan perumpamaan dan simbolisme oleh Fosse dalam dramanya. Sejak penerbitan kumpulan puisi pertamanya “Engel med Vatn i Augene” (1986), bahasa liris selalu menjadi unsur menarik dalam tulisannya.
Dilansir dari Associated Press, Sekretaris Akademi Swedia Mats Malm telah menghubungi Fosse melalui telepon untuk memberi tahu dia tentang kemenangan tersebut. Dia mengatakan Fosse sedang mengemudi di sebuah pedesaan. Dalam pernyataan yang dikeluarkan oleh penerbitnya, Samlaget, Fosse melihat penghargaan tersebut sebagai penghargaan utama terhadap sastra.